Rabu, 24 April 2013

Door to Door - Bill Porter

Bill Porter itulah nama yang mungkin masih asing di telinga kita, Bill lahir pada 9 September 1932 di San Francisco, California. Pada tahun 1989, Bill Porter meraih penghargaan dari perusahaan Watkins sebagai penjual terbanyak. Dia berhasil menjual produk Watkins sebanyak $ 42.460 dalam setahun.
Bill adalah seorang yang terlahir cacat yang dikarenakan kesalahan dokter yang meleset menggunakan alat vacuum, sehingga merusak syaraf otak Bill. Akibatnya dia berjalan seperti orang mabuk, tangan kanannya menggantung, dan bicaranya pun tidak jelas. Ibunya Ny. Porter adalah orang yang sangat sabar merawat Bill hingga besar. Beliau orang yang sangat positif dan tidak pernah membiarkan orang lain mengejek putranya Bill.

Karena Bill tidak bisa memasang dasi dan mengancingkan lengan bajunya sebelah kiri, ibunyalah yang selalu membantu memasang dasi dan mengancing lengan kirinya. Hingga Bill punya keinginan untuk bekerja. “Bersabarlah, sabar dan tekun.” Pesan ibunya. Diantarnya Bill oleh ibunya pergi ke perusahaan Watkins dan terjadilah percakapan disana.

           “Dan koper itu sangat berat, banyak orang yang membawa dua koper sekaligus” ujar Mr. Hernandez
           “aku mengagumi tekadmu, tapi … Kau mengerti maksudku kan?” Lanjutnya.

Bill keluar dari perusahaan itu dan melihat ibunya yang menunggunya di luar  dan berharap mendengar kabar baik dari Bill. Bill pun kembali masuk ke dalam dan berkata.

           “Mr. Hernandez, berikan saya rute terburukmu, dimana tidak ada satupun orang yang mau, kau tidak
           akan rugi apapun. Jika aku bisa menjualnya, kau adalah pahlawan.” Ujar Bill dengan penuh harapan.

Bill pun mendapatkan pekerjaan itu. Bill mendapatkan daerah yang sangat kacau balau, Bill memulai pekerjaannya mengetuk pintu dan dia lanjutkan ke pintu-pintu lainnya, dan benar tidak ada satupun orang yang mau membeli produk dari Bill. Hingga dia tiba di rumah Ny. Sullivan dan Bill mendapatkan pesanan perdananya. Dan menghampiri ibunya yang menjemputnya.

Keesokan harinya Bill mencoba menawarkan kembali kepada penduduk sekitar. Tetap tidak ada yang membelinya dan hanya Ny. Sullivan lah pelanggan setianya. Tanpa putus asa, Bill mencoba memperbaiki cara berjualannya. Dengan banyak cara akhirnya Bill mampu menjualnya sedikit demi sedikit.

Hingga suatu saat Ibunya tidak menjemputnya karena Ny. Porter terkena penyakit yang membuat dia lupa akan jalan menuju tempat kerja Bill. Karena sakit ibunya, Bill terpaksa membawanya di penitipan sebab Bill tidak tega meninggalkannya di rumah sendiri saat Bill bekerja.

Saat Bill berkunjung di penitipan ibunya, dia melihat orang yang sakitnya menjadi lebih parah karena perawatan tidak baik dari pemilik penitipan.Bill memindahkan ibunya di rumah tetangganya, tapi tetap saja karena perawatan yang tidak baik, memaksa Bill untuk membawanya ke Valleyview Care Center, disana ibunya dirawat dengan baik.

Singkat cerita saat ibunya meninggal, Bill harus melakukan semua hal dengan sendiri, dia menyewa rekan kantornya untuk memasangkan dasi, mengancingkan lengan, dan menyemir sepatunya. Bill harus berjuang sendiri, tanpa menyerah Bill tetap berjuang walaupun keadaannya tidak senormal orang lain.

Singkat cerita, perjuangan Bill tidak sia-sia, Bill dinobatkan sebagai Salesman of The Year karena dia menjual sebanyak $ 42.460 dalam setahun. Dan dia mendapatkan banyak teman dan pengalaman yang sungguh luar biasa, yang mungkin belum tentu didapatkan oleh orang lain.

 Bill Porter - Salesman for Watkins


Recomended Film : Door to Door (2002)

Senin, 22 April 2013

Yang Menjadi Segalanya Bagiku

Bertahun-tahun sudah menikmati setiap waktu yang ada, entah untuk apapun itu. Pernah gak sih kita bertanya pada diri sendiri "Apa sih yang udah aku lakuin selama ini? Apa sih yang paling berarti selama ini?". Well, lagi-lagi muncul pertanyaan klasik yang terdramatisasi ketika mengucapkannya. haha. Seringkali aku menghabiskan waktu senja untuk duduk bersantai di salah satu monumen di kotaku. Uniknya monumen ini di desain mirip banget sama monumen Arc de Triomphe dari Paris. Bedanya monumen Simpang Lima Gumul(SLG) berada di tengah-tengah persimpangan Lima di Gumul, Kediri. Walaupun desain dan arsitekturnya mirip dengan Arc de Triomphe, tapi ternyata ornamennya menonjolkan seni budaya asli Kediri. Di sekeliling monumen banyak banget ditumbuhi rumput yang biasa untuk santai dan ngumpul bareng temen. Klasik ya menikmati suasana senja di Arc de Triomphe ala Kediri.

Aku tak sendiri menikmati senja di monumen ini, biasanya sebotol minuman kaleng, beberapa bungkus snack, notes, kamera, dan salah seorang sahabat menjadi pelengkap rutinitas senjaku. Waktu itu di suatu senja kami duduk berdua di bawah langit yang teduh, udara yang sejuk, dan hamparan rumput yang bergoyang tertiup angin. Ketika itu mata kami tertuju pada gadis kecil yang berlari sambil tersenyum menghampiri kami.

"Halo adek manis... namanya siapa?" sapa sahabat saya

Gadis itu hanya tersenyum dan duduk di depan kami dengan manisnya. Memainkan rumput dengan jari jemarinya yang mungil sambil sesekali melirik ke arah kami. Tak lama, ibunya memanggil dengan suara yang cukup keras karena gadis itu berlarian cukup jauh dari orang tuanya.

"Adek sini, jangan ganggu kakaknya lagi ngobrol...". Tampaknya ia kaget dengan teriakan ibunya, gadis itu berlari ke arah ibunya dan bermain disana.

"Prim, sadar gak sih anak kecil tadi habis ngapain? aneh banget!" ucapku datar "Ya biasa, namanya juga anak kecil pasti ya kayak gitu deh tingkahnya. Lucu kan?" "Iya sih, tapi aneh. Perhatiin deh, daritadi maen dan lari-lari terus gak ada capeknya apa. Gak bisa diem banget kan?" "Dia kan masih kecil, masih polos. Jarang-jarang kan di genit in sama anak kecil kayak gitu." Kata Prima sambil tertawa kecil "Whatever lah" "Biarin aja lah, biar dia menikmati masa kecilnya yang indah. Biasanya kita juga kangen masa kecil kita kan?"

Aku diam, kami berdua sama-sama diam. Orang-orang bercengkrama di sekeliling monumen, ada yang dengan keluarga, sahabat, pacar, dan banyak yang lainnya. Deru suara motor di jalanan menjadi tontonan yang biasa karena posisi monumen ini tepat di tengah jalan persimpangan lima. Hanya diam dan sesekali menghembuskan nafas panjang seolah menenangkan diri.

"Apa sih yang kita cari disini?" Kataku mengagetkan Prima "Pengen santai. Bosen kan tiap hari dengan rutinitas yang itu-itu aja." "Kapan ya bisa kayak anak kecil tadi. Lari-lari, tanpa beban, bebas nglakuin apa aja yang dia suka. Yang ada dipikirannya cuma maen dan maen. gak ada yang lain!" "Kan selama ini kita udah melewati semua itu. Gak mungkin kan kita kembali ke masa lalu." "Ya enggak sih, rasanya sekarang gak bisa enjoy aja. Yang salah siapa donk kalau gitu? Kita? atau keadaan?" "Gak ada yang salah sih. Mungkin kita sering lupa sama Tuhan, membiarkan diri kita terlena dengan apa yang namanya tanggung jawab. Sekarang kita udah jadi diri kita sendiri. Bedanya sama anak kecil tadi, dia masih mencari siapa dirinya." "Iya ya, sudah saatnya kita mendewasa tanpa mengeluhkan apa yang terjadi. Mungkin keluhan-keluhan yang menumpuk itu membuat aku lupa siapa di balik semua ini. Tuhan." "Life must go on kan?" "Yah, Tuhan yang membuat kita kuat."

Dia hanya membalasnya dengan senyuman.

Ada satu hal yang perlu aku sadari dalam hidup ini. Yang mungkin selama ini hilang entah kemana. Yang jarang disadari oleh remaja seusiaku. Bahwa sebenarnya Allahlah segalanya. Yang memberi hidup dan kehidupan. Maha pembolak balik hati. Sang pemilik segalanya. Hanya Allahlah yang memiliki segalanya, penolongku, cahaya terang di saat nurani mulai goyah, petunjuk saat otak mulai kehilangan logika, Maha segalanya. Dialah tujuan dari segala tujuan. Allahlah yang berhak atas nafasku, atas jiwaku, atas ragaku, ilmuku, atas jalan hidupku. Jalan hidup yang aku pilih tanpa paksaan. Karena semua ini milikNya.

Misteri Apa?

Musim ujian telah tiba. Mulai dari ujian akhir semester, ujian sekolah, ujian praktek, ujian nasional, dan puncaknya adalah ujian melawan para pejuang ilmu demi sebuah kursi mahasiswa. Ya semacam fase dimana harus berpikir, bertindak, berusaha dengan maksimal, dan fighting. Kalau sudah musim ujian seperti ini gak ada lagi deh yang namanya santai. Pikiran dan perbuatan akan terfokus pada satu hal “ujian”. Entah apa yang membuat kata itu terdengar begitu ngeri di kalangan pelajar. Banyak yang bilang, ujian menjadi salah satu momok dan beban terberat. Semacam pertarungan sengit antara sel sperma dan sel telur untuk menjadi pemenang kehidupan. Ujian itu juga yang akan mengantarkan kami ke gerbang masa depan untuk menjadi pemenang.

Waktu itu setelah pulang dari latihan senam untuk ujian praktek sekolah, aku dan beberapa temanku beranjak ke café di pusat kota yang juga milik salah seorang temanku. Karena suntuk di rumah, tugas sekolahpun kami kerjakan disini. Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, café ini sangat klasik dan cocok buat kami yang sedang dilanda demam ujian. Biasanya kami memilih duduk di sofa sudut café dan memesan es cappucino. Es cappucino di café ini memang terkenal enak dan lain daripada yang lain, sebut saja itu menu andalan kami ketika nongkrong disini. Seperti biasanya, terjadilah obrolan ringan disela tugas yang menumpuk.

“Eh, perpisahan sekolah jadi kapan? Dimana?” tanyaku penasaran. “katanya sih di sekolah aja, tapi ada prom night!” ujar Eldo, kepala suku kelas kami. “Yah males deh, gak asik kalau di sekolahan.” “Kayaknya asik nih kalau satu kelas liburan ke Semeru. Sekalian refreshing” “Iya, kita butuh refreshing. Offroad asik nih!” Radit, salah seorang temanku menyela penuh semangat “Lah, kok gitu? Kan lagi ngomongin perpisahan?” “Eh, aku pernah loh sama papaku naik ke Gunung Arjuno. Bagus juga kok.”. ujar Radit dengan PD-nya “Bakalan asik kalau foto album sekolah di Ranukumbolo. Klasik”. Usul kepala suku “Plis deh, Semeru jauh. Ujian semakin dekat. Foto kelas bela-belain ke Semeru, pasti rumpi ah. Paling juga banyak yang gak diijinin sama orang tuanya.” “Semeru deket! Sama kok kayak mendaki di Gunung Klotok. Cuma lewati satu bukit gunung. Nah, kan bisa sewa travel buat kesana?” “Halooooo… Butuh waktu berapa lama? Iya kalo kuat, kalo gak? Emangnya gampang apa kayak gitu. Belum lagi kalau nyasar? Gimana coba? Udah deh cari yang deket-deket aja” Kataku tak setuju.

Tak ada jawaban dari teman-temanku, mereka tahu tak akan ada habisnya berdebat denganku. Lalu kami mulai asik dengan internet. Dan ternyata dua temanku sedang browsing tentang Semeru. Memang setelah film 5cm. tayang di bioskop, kami sering membicarakan tentang gunung Semeru. Dan kebetulan, nenek Eldo tinggal di daerah yang berdekatan dengan Gunung Semuru. Jadilah kami sering mendengar cerita tentang Semeru. Dan artikel yang mereka baca di internet saat itu mengawali cerita mistik tentang Semeru dan hal-hal di sekitar kami. Aku yang memang penakut, sebenarnya tak mau mendengarkan cerita itu. Tapi karena duduk kami hanya berjarak 1 meter, sudah pasti cerita itu terdengar di telingaku dan sukses membuat bulu kudukku merinding.

“Eh udah donk, takut nih!” kataku memaksa “Tuh ada yang liat di belakang kamu. Gak usah dipikir, gak usah takut. Kalo takut justru didatengi loh.” Kata Radit sambil membacakan artikel di internet dengan suara lebih keras. “Rese!” “ha ha ha.” Si kepala suku hanya tertawa melihatku ketakutan. “Udah deh itu cuma halusinasimu aja. Kalo takut ya kayak gitu jadinya. Parno!” Enough!” kataku.

Misteri yang ada di Indonesia memang tak akan ada habisnya jika di ceritakan. Indonesia yang masih kental akan hal-hal mistik memang menyimpan sejuta misteri dan pertanyaan. Meskipun kita belum tahu kebenaran akan hal itu. Cerita mistik dari mulut ke mulut seakan menanamkan sugesti pada masyarakat bahwa hal itu memang ada. Hanya kita yang bisa menyaring, berpikir positif, dan rasional tentang cerita-cerita itu. Sama halnya dengan ujian yang sedang kami alami di sekolah. Terlalu memikirkan hasil akhir dan menjadikannya beban justru akan menanamkan energi negatif pada diri kami sendiri. Sugesti semacam itu yang kemudian akan mematahkan semangat belajar kami. Ujian sama halnya dengan cerita mistik, menyimpan misteri yang harus dipecahkan. Dan yang bisa memecahkan misteri itu hanya kita, diri kita sendiri.

Mungkin kita terlalu suntuk dengan aktifitas yang dilakukan, hingga pada suatu titik, mengalami masa kejenuhan. Adakalanya kita butuh sesuatu untuk menyegarkan pikiran yang mulai jenuh. Kita hanya butuh istirahat sejenak dan refreshing. Selanjutnya kita bisa memecahkan misteri di setiap apa yang kita lakukan. Dan kami, Semeru mungkin akan menjadi tujuan liburan dengan segala pertimbangan.

Galau vs Passion

Bisa dibilang ini adalah masa galau dan fase tersulit seorang anak SMA menuju masa depan (Haha puitis banget). Tentang sebuah pilihan mau kuliah, kerja, atau mungkin mau nikah. hehe. Yah, dihadapkan pada suatu kondisi dan pilihan tentang masa depan yang bisa dibilang sih menjadi penentu langkah selanjutnya. Ada seorang temen yang berkali-kali tanya "gimana sih enaknya mau kuliah dimana ya? mau ngambil jurusan apa? bingung nih." nah, yang kuliah dia malah nanya balik ke aku. haha. Well, itu wajar! Jangan kaget kalau lagi musim UNAS gini semua anak SMA pada tegang, bingung, dan ngabisin duit jajan buat ngenet (baca: search Perguruan Tinggi, SNMPTN). Bisa aku pastiin kegalauan hampir menjadi bagian dari para siswa SMA di seluruh Indonesia. Mulai dari pemilihan jurusan, sampai ke tahap yang paling galau dari semua kegalauan di zaman SMA:

Mau masuk ke mana, dan ambil jurusan apa pas kuliah nanti?

Melalui tulisan ini, saya akan mencoba untuk memberikan pendapat mengenai fenomena kegalauan ini dari sudut pandang seorang calon MABA (Mahasiswa Baru). Semoga dengan tulisan ini aku, kamu, dan siapapun yang lagi galau gak akan mengalami depresi karena salah jurusan. Well, its the time to share my opinion for you:

1. Paradigma dan Masa Depan

Coba deh kita perhatiin, banyak orang tua kita yang bilang "kamu pantesnya kuliah di Kedokteran. Tuh liat prospeknya bagus. Gajinya Gede." atau mungkin "gak pantes kamu ambil jurusan itu. mau jadi apa kamu nanti?" dan bla bla bla dengan segudang alasan. Mungkin orang tua kita pernah bicara seperti itu. Niatnya sih mau ngasih pilihan yang tepat buat kita nantinya. Selama ini pemilihan jurusan selalu dikaitkan dengan prospek masa depan. Entah itu karena gaji, kualitas kehidupan, dan kemudahan lapangan kerja. Parameter seperti itulah yang selalu dikaitkan dengan pemilihan jurusan. Nah, mulai bingung deh kalau masih terikat dengan paradigma yang kayak gitu. Gak bakalah ada yang benar di mata kita kalau kita selalu menjadikan hal tersebut sebagai parameter kualitas kehidupan kita. Percaya deh, sekalipun pilihan kamu di anggap rendah dan buruk, pasti ada jalan yang lebih baik nantinya.

2. Penyakit Khas Indonesia

Gengsi, sebuah kebodohan yang menurut saya mengakar dengan sangat kuat di kehidupan masyarakat Indonesia. Gengsi ini begitu mengakarnya, sehingga terkadang passing grade suatu jurusan pun sering menjadi dinding yang secara tak langsung memisahkan kehidupan sosial antar mahasiswa. Terkadang seseorang akan dianggap hebat, dan dipandang sebagai golongan elit apabila dia sanggup masuk ke jurusan yang standar passing grade-nya tinggi. Sehingga adalah hal yang bisa dimaklumi jika para remaja yang memang sedang berada di fase pencarian identitas, dan pengakuan, akan tergiur untuk masuk ke dalam golongan “elit” ini.

3. Passion Is the Real Dream

Banyak orang sudah cukup puas dengan gaji yang tinggi, rumah, mobil, dan semua yang mereka inginkan terwujud. Tapi ada juga yang berpikir "kok selama ini aku menghabiskan waktu dengan sesuatu yang membosankan ya. Cuma itu-itu aja.". Nah passion is the real dream, dimana kamu bisa menggunakan passion kamu untuk sebuah jalan untuk meraih mimpi kamu. Ada yang mau jadi penulis, penyanyi, desainer, dan apapun itu yang kamu inginkan. Semuanya sih sah-sah aja, selama itu bisa buat kamu nyaman dan gak ngerugiin orang lain. Oke sekarang kamu harus tahu dan kejar passion kamu demi masa depan.

Nah, apa sih passion itu?

"Sesuatu adalah passion kita, jika ketika kita mengerjakan hal tersebut, maka waktu akan berlalu dengan cepat. Badan dan pikiran kita pun akan rileks dan enjoy mengerjakannya, entah itu 5 menit, sejam, 5 jam, ataupun seharian, tidak akan ada bedanya. Pada kenyataannya, terkadang kita sama sekali tidak merasa perlu untuk beristirahat, bahkan ketika mengerjakan sesuatu yang pada umumnya orang anggap sebagai sesuatu yang teramat melelahkan."

Terdengar seperti kisah dongeng kah? Ya, memang saya akui ini terdengar berlebihan, tapi inilah kenyataannya. Ketika kita melakukan sesuatu yang kita senangi, maka semua waktu akan berjalan tanpa terasa. Pernahkah kita merasakan seakan-akan kita terbenam ke dalam suatu hal sampai lupa waktu? Seperti itulah kira-kira rasanya menjalankan passion kita. Dan passion inilah sebuah hal yang memungkinkan kita untuk membuat sebuah masterpiece di dalam hidup kita.

4. Time = Masa Depan

Gak ada lagi yang namanya santai. Betapa waktu sangat berharga untuk menentukan kualitas diri kita. Siapa yang menghargai waktu, dialah yang menghargai masa depannya. Kamu boleh mimpi setinggi langit, gak ada yang nglarang. Tapi inget, semua itu gak akan terwujud kalau kamu gak pernah menghargai setiap detik waktu yang ada untuk mempersiapkan masa depan kamu. Sama halnya dengan pemilihan jurusan, setiap saat kamu harus siap dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan kamu butuhkan nanti pas Kuliah. Why? Prepare for future is the importent thing. Kesimpulannya, persiapkan diri kamu, mimpi kamu, dan apapun yang akan kamu pilih mulai dari sekarang. satu-satunya waktu yang bisa berubah hanya masa lalu. Masa depan belum terbentuk, hari ini yang membentuk kamu sukses di masa depan nanti. Waktu yang akan membuktikan dengan segala caranya.

5. The "X" Factor

Last but not Least. The X factor yang dimaksud bukan acara yang lagi hits di Tv itu tuh. X Factor adalah faktor yang paling menentukan apakah kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Faktor X ini biasa orang sebut 'LUCK' yap keberuntungan. Tapi menurut saya itu lebih dari apa yang namanya keberuntungan. Keberuntungan bisa aja datang sekali, dua kali. Tapi, Faktor X yang saya maksud adalah 'DOA'. Jadi keberuntungan akan datang dan berpihak pada siapapun yang berdoa. Mustahil jika kita menginginkan sesuatu yang besar tapi hanya dengan usaha yang kecil. Percaya, Tak ada hal luar biasa yang dicapai dengan cara Biasa. Dan cara luar biasa itu adalah Doa dan Usaha.

Finnaly, Kejarlah apa yang menjadi passion kamu. Lupakan saja gaji dan gengsi. Karena mengejar passion akan membuat kamu lebih mudah mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan kamu gak akan pernah menyesal ketika kamu menjalankan dan mengejar passion kamu. Karena itu jati dirimu. Gunakan waktu sebaik-baiknya demi masa depan kamu. Waktu kamu sudah tiba untuk membuka mata meraih mimpi. Percaya deh, setiap apa yang kita impikan dan inginkan pasti akan terwujud. Tuhan gak akan tidur kok untuk selalu mendengar doa hamba-hambanya. Mungkin kita butuh waktu yang panjang untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, tapi suatu saat akan ada masa dimana kita akan tersenyum dan memandang kebelakang sambil bilang:

"Untung dulu saya mengejar apa yang menjadi Passion saya"

Ps: Jangan buat komitmen yang salah yang kemudian akan kamu sesali sepanjang usia.

Sebuah Oase

Suatu sore sepulang sekolah saya masih menyempatkan diri bercengkrama dengan teman-teman di depan kelas. Obrolan ringan dan tawa kecil sedikit merefresh otak setelah sejak tadi pagi terkuras memikirkan satu per satu materi pelajaran di sekolah. Suasana sekolah yang mulai sepi dan udara yang sejuk membawa kami terlena dalam obrolan itu. Sesaat saya terpaku oleh sekelompok anak di depan ruang perpustakaan. Terlihat mereka dengan asyiknya mendesain sebuah mading. Padahal waktu itu sudah jam pulang sekolah. Waktu yang sebetulnya mereka bisa menikmati kebebasan bermain dengan teman sebayanya, atau menikmati waktu sore untuk duduk bercengkrama dengan keluarga. Tetapi barangkali karena tugas, mereka lebih memanfaatkan waktu itu untuk mengerjakan tanggung jawab mereka. Sementara anak-anak lain sebayanya asyik menikmati kebebasan bermain di luar sana, sekelompok anak ini dengan semangat mewujudkan sebuah impian, yaitu memajang mading untuk pembaca.

Saya masih menjumpai ketekunan yang terpancar dari wajah sekelompok anak itu untuk menciptakan sebuah produk seni. Waktu itu saya beruntung, akhirnya saya melihat langsung sekelompok anak yang mengorbankan waktunya demi sebuah kegiatan positif bagi lingkungan sekitarnya. Sekejap ide-ide kreatif di benak saya muncul ketika melihat mereka beraktifitas. Serupa oase yang muncul di padang pasir, menyejukkan. Mengapa? Sebentar saja mengamati mereka, saya menemukan banyak hal positif. Mulai dari ketekunan, kerjasama, kreativitas, dan kesederhanaan terpancar dari setiap detil mading yang mereka buat. Sampai-sampai saya tak menjumpai rasa lelah dalam raut wajah mereka.

Diselingi canda dan keusilan khas remaja membuat saya tersadar bahwa sekalipun mereka berasal dari kelas dan tingkatan yang berbeda, tak nampak adanya pembeda di antara mereka. Karena mereka lebur menjadi satu demi sebuah kepentingan. Bahkan saya bisa menyimpulkan bahwa dibalik kebersamaan mereka, muncul puluhan bahkan ribuan energi kreatif yang unik dan menarik. Misalnya, untuk mempercantik sebuah mading mereka menggunakan beberapa bahan daur ulang yang jarang terpikirkan oleh kita. Perdebatan seringkali muncul disela kegiatan membuat mading, itulah menariknya sebuah karya seni. Banyak argumen dan ide menarik muncul. Bukankah itu membutuhkan tingkat kecerdasan yang tinggi untuk menghasilkan produk seni yang orisinil?

Mungkin sesuap roti pun tak akan cukup mengalihkan perhatian mereka dari mempercantik produk seni itu. Kalau sudah merasa dapat menikmati suatu aktifitas biasanya kita sering melupakan makan. Yang menjadi orientasi dan prioritas saat itu hanyalah pekerjaan segera tuntas dengan hasil yang memuaskan. Sayangnya, dalam hal ini tak hanya bakat yang dibutuhkan. Namun juga pengorbanan dan tanggung jawab yang tinggi untuk menghasilkan sebuah produk seni. Yah, itu yang disebut profesionalisme kerja.

Tak lelah saya memperhatikan setiap gerak sekelompok anak itu. Mengerjakannya dengan profesional diimbangi dengan passion yang mereka miliki, saya yakin akan mempercantik mading itu. Kerjasama, kekompakan, kesederhanaan, kreatifitas, dan semangat dalam melakukan suatu pekerjaan mungkin sudah jarang kita temui di negeri ini. Bahkan sekarang ini lebih sering kita jumpai beberapa persoalan dan pekerjaan yang tak tuntas karena kepentingan-kepentingan pribadi. Alangkah baiknya jika kita mengaca pada sekelompok anak itu bahwa kerjasama, kekompakan, kesederhanaan, kreatifitas, dan semangat akan memberikan sebuah hasil yang maksimal bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Serupa oase di sebuah padang pasir.